Senin, 04 Mei 2020

MODEL ANTRIAN PADA APOTEK PUSKESMAS INGIN JAYA ACEH BESAR (Titania Manurung 201731163 SIMPEL F)



MODEL ANTRIAN PADA APOTEK PUSKESMAS INGIN JAYA ACEH BESAR


Meningkatnya kompetisi  yang  mengarah  pada  tuntutan  kebutuhan  konsumen  baik dari kualitas maupun kuantitas menyebabkan dunia usaha harus berjuang untuk neningkatkan pelayanan  yang  efektif,  efisien  dan  fleksibelnya  untuk  dapat  berinovasi  secara  cepat  dan tepat. Salah satu hal  yang mencolok dalam sebuah instansi pelayanan langsung kekonsumen adalah  bagian  fasilitas  pelayanan  (kasir).  Waktu  mengantri  yang  terlalu  panjang  dan  lama menyebabkan konsumen jenuh, enggan kembali berkunjung dimasa yang akan datang, di sisi lain   apabila   tidak   ada   antrian   tenaga   kerja   bagian   pelayanan   (kasir)   banyak   yang mengganggur menyebabkan kerugian secara implinsif bagi perusahaan (Fitri, 2009:1).

Sistem antrian mencakup pelanggan yang datang dengan laju konstan atau bervariasi untuk  mendapatkan  layanan  pada  suatu  fasilitas  layanan.  Jika  pelanggan  yang  datang  dapat memasuki   fasilitas   layanan,   pelanggan   dapat   langsung   dilayani.   Jika   pelanggan   harus menunggu dilayani, pelanggan berpartisipasi atau membentuk antrian, dan akan berada dalam antrian  hingga  pelanggan  dapat  giliran  untuk  dilayani.  Pelanggan  akan  dilayani  dengan  laju layanan  yang  konstan atau  bervariasi  dan  akhirnya  menginggalkan  sistem.  Sistem  antrian mencakup baik antrian dan fasilitas layanannya (Antono, 2010:259-260).

Puskesmas Ingin Jaya merupakan salah satu puskesmas yang memiliki persediaan obat yang lengkap serta pelayanan yang ramah. Jika antrian sering terjadi dalam transaksi maka pasienakan malas dan merasa waktunya terbuang dengan percuma. Kecekatan dari seorang asisten apoteker tidak akan seimbang dengan banyaksnya jumlah pasien yang ada dalam antrian di bagian  Apotek  Puskesmas  Ingin  Jaya.  Maka  dibutuhkan  sistem  antrian  yang  tepat  untuk mengurangi antrian tersebut. Penelitian  ini  bertujuan  adalah  untuk  mengetahui  apakah  jumlah  sistem  fasilitas pelayanan pada Apotek Puskesmas Ingin Jaya Aceh Besar sudah maksimal sehingga dapat melayani pasien secara optimal.


TINJAUAN TEORETIS

Simulasi, merupakan  sebuah  usaha  untuk  menyalin  fitur,  tampilan,  dan  karateristik sebuah  sistem  nyata.  Dalam  model  ini,  akan  ditunjukan  bagaimana  mensimulasikan  bagian sebuah sistem manajemen operasi dengan menggembangkan model matematika paling dekat yang menggambarkan sistem yang sesungguhnya. Model ini kemudian akan digunakan untuk  memperkirakan  efek  dari  berbagai  tindakan  (Render,  2005:  474).

Antrian adalah  orang-orang  atau  barang  dalam  barisan  yang  sedang  menunggu untuk   dilayani,   demikian   menurut   Heizer   dan   Render   dalam   bukunya Operations Management (2005: 418).

Komponen-komponen dalam simulasi dijelaskan sebagai berikut:
1. Sistem adalah kumpulan dari objek dari entitas  yang terintergrasi dan saling beraksi, dan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan akhir tertentu secara logis.

2. State (keadaan sistem) adalah Sekumpulan variabel untuk menyatakan keadaan sistem pada waktu tertentu, relatif terhadap objek yang dipelajari.

3. Event adalah Suatu kejadian yang dapat mengubah keadaan dari sebuah sistem.

4. Model adalah suatu pengajian abstrak dari suatu sistem atau objek-objek dengan mengambil bentuk matematika atau biasanya mengandung hubungan-hubungan yang logis yang menjelaskan sistem suatu keadaan ,entitas dan parameter.

Ada 4 model struktur antrian dasar yang umum terjadi dalam seluruh sistem antrian:

1. Single Channel –Single Phase

Single Channel-Single Phase berarti hanya ada satu jalur yang memasuki sistem pelayanan dan ada satu fasilitas pelayanan. 

2. Single Channel –Multi Phase


Single  Channel –Multi  Phase merupakan sistem  antrian  jalur  tunggal  dengan  tahapan berganda  ini  atau  menunjukkan  ada  dua  atau  lebih  pelayanan  yang  dilaksanakan  secara berurutan.

3. Multi Channel –Single Phase

Sistem Multi Channel –Single Phase terjadi di mana ada dua atau lebih fasilitas pelayanan dialiri oleh antrian tunggal.

     4. Multi Channel –Multi Phase

Sistem Multi  Channel –Multi  Phase ini  menunjukkan  bahwa  setiap  sistem  mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap tahap sehingga terdapat lebih dari satu pelanggan yang dapat dilayani pada waktu bersamaan.
Pengolahan data dilakukan pengumpulan data, kemudian data-data tersebut diolah melalui beberapa tahap, yaitu:

1   1. Pengujian kecukupan data


Keterangan:
𝑁′= Jumlah data teoritis (data pengamatan yang seharusnya dilakukan)
N= Jumlah data pengamatan yang sudah dilakukan
k= Tingkat kepercayaan (95%, k = 2)
s = Derajat ketelitian pengamatan (5%)
x = Data pengamatan

2   2. Menghitung karakteristik sistem antrian, (Nur Susuila dkk, 2014)
a.       Rata-rata jumlah pelanggan dalam antrian

b.       Jumlah rata-rata pelanggan dalam sisitem (L)

c.       Rata-rata waktu dalam antrian

d.       Rata-rata waktu dalam sistem


HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah pasien rata-rata dalam antrian adalah banyaknya permintaan pelayanan yang datang menunggu  dari  pasien  untuk  dilayani.  Adanya  pasien dalam  antrian  disebabkan adanya keterbatasan   kemampuan   dalam   pelayanan   dimana   tingkat   kedatangan   permintaan pelayanan dari pasien bersifat acak yang dapat dilihat pada tabel berikut:


Dari   tabel   diatas   dapat   diketahui waktu   pasien   selama   dalam   antrian pada   proses pengambilan obat di Apotek Puskesmas Ingin Jaya rata-rata 24 menit sampai 30 menit waktu pasien  selama  berada  dalam  antrian.  Dari  hasil  perhitungan  diatas  maka  dapat  diperoleh analisis antrian pada proses pengambilan obat di apotek Puskesmas Ingin Jaya melalui model sistem antrian satu jalur pelayanan dan satu fasilitas pelayanan. Berikut adalah rekapitulasi sistem antrian di apotek Puskesmas Ingin Jaya dapat dilihat pada tabel berikut:


Berdasarkan  hasil  analisa  diatas  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  kinerja  pelayanan  sistem antrian berdasarkan peritungan model M/M/1 pada Apotek Puskesmas Ingin Jaya Aceh Besar belum optimal, hal ini terlihat dari hasil analisa bahwa standar waktu pelayanan (𝑊𝑞)30 menit karena  Standar  waktu yang  ditetapkan  oleh  Kementrian  Kesehatan  Republik  Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 standar pelayan minimal pada proses farmasi yaitu obat jadi selama ≤ 30 menit.

KESIMPULAN
Dari hasil pengolahan data menggunakan metode antrian dengan model single chanel single phase atau  M/M/1  maka  antrian  pada  jam  sibuk  terjadi  pada  pukul  09.00 –10.00,  dimana terlihat pada jam tersebut pasien menunggu dalam antrian terpanjang sebanyak 11 orang dan pasien menunggu dalam antrian terpendek terjadipada pukul 11.00–12.00 yaitu sebanyak 9 orang. Untuk itu pelayanan pada proses pengambilan obat di apotek Puskesmas Ingin Jaya dapat diatasi dengan penambahan satu fasilitas pelayanan (menjadi dua fasilitas) pada saat jam sibuk yaitu pada pukul 09.00 -10.00.


DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimal.ac.id/4983/1/12-Paper-SNTI-2019.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/103295-ID-none.pdf 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar